TIDAK PERTJAJA BAHWA
MIRZA GULAM AHMAD ADALAH NABI
(disadur dari Buku Dibawah Bendera Revolusi Cet III Edisi I Hal 435)
"Jawaban Bung Karno Ketika di Isukan Bahwa Beliau ikut mendirikan Aliran Ahmadiyah di Bandung tahun 1936"
Beberapa hari jang lalu saja mendapat surat “vlieg-Post” Kupang, dari Kupang ke Endeh dengan kapal biasa dari seorang kawan di Bandung, bahwa “pemandangan” telah memuat satu entrefilet bahwa saja telah mendirikan tjabang ahmadijah dan mendjadi propagandis Ahamdijah bagian Celebes. Walaupun “pemandangan” jang memuat chabar itu belum tiba ditangan saja, dus belum saja batja sendiri- kapal dari Djawa tiga hari lagi baru datanga – oleh karena orang jang mengasih chabar kepada saja itu saja pertjajai segeralah saja minta kepadanja membatah chabar dari tuan-tuan punja reporter itu.
Saja bukan anggauta Ahmadijah. Djadi mustahil saja mendirikan tjabang Ahmadijah atau menjadi propagandisja. Apalagi “buat bagian Celebes”! sedang pelesir kesebuah pulau yang djauhnya hanya beberapa mijl sahadja dari Endeh, saja tidak boleh! Di Endeh memang saja lebih memperhatikan urusan agama dari pada dulu. Disampingnja saja punja studie sociale wetenschappen, radjin djugalah saja membatja buku-buku agama. Tapi saja punya ke-Islaman tidaklah terikat oleh sesuatu golongan. Dari persatuan Islam Bandung saja banjak mendapat penerangan; terutama persoonja tuan A. Hassan sangat membantu penerangan bagi saja itu. Kepada tuan Hassan dan persatuan Islam saja disini mengutjapkan saja punya terima kasih, beribu-ribu terima kasih.
Kepada Ahmadijah-pun saja wadjib berterima kasih.
Saja tidak pertjaja bahwa Mirza Gulam Ahmad seorang nabi dan belum pertjaja pula bahwa ia seorang moedjadid. Tapi ada buku-buku keluaran Ahmadijah jang saja dapat banyak faedah dari padanja: “Mohammad The Prophet” dari Mohammad Ali, “Inleiding tot de Studie van den Heligen Qoer’an” djuga dari Mohammad Ali, “ Het Evangelie Van den daad” dari Chawadja Kamaloedin, “De bronnen van het Christen dom” dari idem dan “Islamic Review” jang banjak memuat artikel jang bagus.
Dan tafsir qur’an buatan Mohammad Ali , walaupun ada beberapa fatsal jang tidak saja setudjui, adalah banyak djuga menolong kepada penerangan bagi saja. Memang umunja saja mempeladjari agama Islam itu tidak dari sumber sahadja, banjak sumber jang saja datangi dan saja minum airnja.
Buku-buku Moehammadijah, buku-buku Persatuan Islam, buku-buku Penjiaran Islam, Buku-Buku Ahmadijah, buku-buku dari India dan Mesir, buku-buku dari lawan-lawan Islam (snouck Hurgronje, Arcken, Dozy tapi jang sympathie dengan Islam, semua itu mendjadi material bagi saja. Ada beberapa ratus buku jang saja peladjari itu. Inilah satu-satunya djalan djang memuaskan kepada saja didalam saja punya studie itu.
Dan mengenai Ahmadijah, walaupun beberapa fatsal didalam mereka punya visi saja tolak dengan jakin, toch pada umumja ada mereka punja “features” jang saja setudjui: mereka punya rationalisme, mereka punya kelebaran penglihatan (broadmindedness) mereka punya striven quran sahadja dulu, mereka punja systematiches aannemelijk making van den islam.
Buku-buku seperti “Het Evangelie van den daad” tidak ajal saja menjebut brilliant, berfaedah sekali bagi semua orang islam.
Maka oleh karena itulah walaupun ada beberapa pasal dari Ahmadijah tidak saja setudjui dan malahan saja tolah, misalnja mereka punja “pengeramatan” kepada Mirza Gulam Ahmad, dan mereka punja ketjintaan kepada Imperialisme Inggeris, toch saja merasa wadjib berterima kasih atas faedah-faedah dan penerangan-penerangan jang telah saja dapatkan dari mereka punja tulisan-tulisan jang rationel, modern, broadminded dan logis itu.
Bagian-bagian fikih terutama sekali, Persatuan Islam-lah jang mendjadi saja punja penuntun. Memang Persatuan Islam”, maka saja akan katakan : “Persatuan Islam” itu ada mempunjai neiging (tjenderung) kepada sektarisme. Alangkah baiknya kalau “Persatuan Islam’ bisa mengejahkan neiging jang kurang baik ini, kalau memang benar neiging itu.
Islam adalah suatu agama jang luas jang menudju kepada perastuan manusia.
Agama islam hanyalah bisa kita peladjari sedalam-dalamnya, kalau kita bisa membukakkan semua pintu-pintu budi akal kita bagi semua pikiran-pikiran jang berhubungan dan jang harus kita saring dengan saringan Qur’an dan Sunnah Nabi.
Djikalau benar – benar kita saring kita punja keagamaan itu dengan saringan pusaka ini dan tidak dengan saringan lain, walaupun dari Imam manapun djuga, maka dapatlah kita satu Islam jang tidak berkotoran. Bid’ah jang tak bersifat tachajul sedikit djuapun, jang tiada “keramat-keramatan” jang tiada kolot dan mesum, jang bukan “hadramautisme” jang selamanja “uptodate”, jang rationeel, jang luas dan “broadminded” jang hidup, jang levend.
Inilah tuan-tuan redaktur jang terhormat, saja punja keterangan jang singkat berhubung dengan chabar kurang benar dari tuan punja reporte, bahwa saja sudah mendirikan tjabang Ahmadijah atau mendjadi propagandis Ahmadijah. Moga-moga tjukuplah keterangan jang singkat ini buat memberitahu kepada siapa jang belum tahu, bahwa saja bukan seorang “Ahmadijah”
Tapi hanya seorang peladjar agama jang sudah njata bukan kolot dan bukanpun seorang “pengikut jang taqlid sahadja”
Terima kasih, tuan-tuan redaktur.
Soekarno
Endeh, 25 Nopember 1936 :)